Welcome to KieKy's Blog \(^.~)/

Kamis, 10 Maret 2011

Pembelajaran Cooperative Learning


Pembelajaran Cooperative Learning
Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing) atau menghapal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding), dari model ceramah ke pendekatan discovery learning atau inquiry learning, dari belajar individual ke kooperatif, serta dari subject centered ke clearer centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa (Setiawan,
2005).
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompokkelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran[1]. Semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Ciri-ciri Cooperative Learning, antara lain :  
1.     Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran cooperative, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutuhkan. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui: saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesiakan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, dan saling ketergantungan hadiah.
2.     Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam ini sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesama.
3.     Akuntabilitas individual
Pembelajaran cooperative menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui pengusaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata balajar semua anggotanya, karena itu semua anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kamajuan kelompok.
4.     Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi
Ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi.

Terdapat 6 (enam) langkah dalam Cooperative Learning.[2]

Langkah
Indikator
Tingkah Laku Guru
Langkah 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
Langkah 2
Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa.
Langkah 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
Langkah 4
Membimbing kelompok belajar.
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
Langkah 5
Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Langkah 6
Memberikan penghargaan.
Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.


Keuntungan Penggunaan Cooperative Learning :  
Ada banyak nilai pembelajaran cooperative yang dapat menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar. Peserta didik tidak hanya belajar dengan guru, tetapi juga dari sesama peserta didik. Beberapa keuntungan cooperative learning menurut Sugiyanto (2008 : 41) diantaranya adalah:
Ø Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
Ø Memungkinkan para peserta didik saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan
Ø Memudahkan peserta didik melakukan penyesuaian sosial.
Ø Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
Ø Menghilangkan mementingkan diri sendiri atau egois.
Ø Membangun persahabatan yang dapat berlanjut sampai dewasa.
Ø Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
Ø Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orentasi tugas.

Kelemahan Pembelajaran Kooperatif.
  1. Pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil.
  2. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak dapat berlatih belajar sendiri.
  3. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.
  4. Pembelajaran kooperatif tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat.
  5. Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya (Soewarso, 1998 :23).



[1] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/12:58/cooperative-learning-teknik-jigsaw/html

[2] http://pinggiralas.blogspot.com/2010/05/11:16/contoh-ptk-kooperatif-jigsaw.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar